24 November 2008

Mutiara Kata

TIADA HIDUP TANPA KEGAGALAN ,KEKALAHAN , DAN KEJATUHAN............

AIR SUNGAI MENUJU LAUT MELEWATI JALAN YANG BERLIKU......

BERDIRILAH TEGAK KEMBALI.............................

JANGAN MEMANDANG KE BELAKANG , MASA LALU TELAH BERLALU....................

HIDUP BERJALAN TERUS............................

LANGIT YANG ABADI TETAP TIDAK BERUBAH DAN HIDUP BAGAIKAN BENTUKAN GERAKAN AWAN DI ANGKASA YANG SELALU BERUBAH-UBAH TIDAK MEMILIKI KETETAPAN DAN TIDAK ABADI . "


"CAHAYA MENTARI BILA DIFOKUSKAN AKAN MEMBAKAR KERTAS " ~Alexander Graham Bell

21 November 2008

KRISIS GLOBAL... WASPADALAH !!

Ekonomi global sudah akan pulih 2009? Jangan terlalu yakin dulu! Sejumlah
ekonom dunia, termasuk peraih Hadiah Nobel Ekonomi Paul Krugman yang
awalnya optimistis ekonomi Amerika Serikat tak akan sampai mengalami
resesi pun, tak menutup kemungkinan kondisi masih akan memburuk.
Hal
ini terutama dikaitkan dengan perkembangan terakhir di negara
berkembang, di mana dampak krisis global telah menyeret perekonomian
dalam krisis nilai tukar yang berpotensi berkembang menjadi krisis mata
uang terbesar yang pernah ada (istilah Krugman the mother of all currency crisis).
Di
Eropa Timur, dampak krisis global mengakibatkan resesi di sejumlah
negara. Rontoknya nilai tukar akibat penarikan dana oleh investor, yang
dibarengi dengan anjloknya penerimaan ekspor dan tingginya inflasi,
memunculkan risiko kebangkrutan seluruh ekonomi Eropa Timur.
Sejauh
ini, sudah enam negara di Eropa Timur yang meminta uluran tangan Dana
Moneter Internasional, yakni Hongaria, Eslandia, Rusia, Ukraina, Turki,
dan Belarus. Nasib sama dialami emerging market di Amerika Latin,
dengan Argentina berpotensi terpuruk dalam krisis utang lagi. Di Asia,
baru Pakistan yang mengajukan permintaan dana darurat dari IMF.
Krugman
dan analis valas di Morgan Stanley, Stephen Jen, mencemaskan akan
terjadinya kejatuhan tajam (hard landing) nilai aset-aset dan
perekonomian emerging markets dan ini berpotensi menjadi pemicu
(episentrum) krisis global baru (setelah krisis finansial AS) dalam
beberapa bulan mendatang. Dampak krisis ini juga akan sangat memukul
negara maju dan perekonomian global.
”Ini ibarat pemerintah
bertempur dalam peperangan yang tak mungkin mereka menangi. Pengambil
kebijakan di kawasan (Eropa Timur) dihadapkan pada situasi seperti Asia
tahun 1997 dan Nordik tahun 1997, usaha gagah berani, tetapi hampir tak
ada efeknya,” ujar spesialis emerging market Danske Bank, Lars
Christensen, mengenai langkah yang ditempuh pemerintah untuk
menyelamatkan rupiah, perbankan, dan ekonomi.
PHK massal
Di
AS sendiri, dampak krisis mulai menyebar ke seluruh penjuru ekonomi.
Pemutusan hubungan kerja (PHK) massal mulai terjadi, baik di perusahaan
swasta maupun pemerintah.
Seperti sudah diantisipasi, AS sekarang
ini memasuki resesi terburuk sejak Depresi Besar tahun 1930. Ekonom JP
Morgan Chase memperkirakan produk domestik bruto (PDB) AS hanya akan
tumbuh 0,5 persen pada triwulan ketiga tahun ini dan mengalami
penurunan 4 persen pada triwulan terakhir 2008 (penurunan tertajam
sejak resesi 1981-1982).
Angka pengangguran diprediksi sebesar
8-8,5 persen pada akhir tahun. Lima sektor dengan angka PHK terbesar
adalah sektor finansial, otomotif, pemerintahan/organisasi nirlaba,
transportasi, dan ritel. Separuh lebih industri peleburan baja sudah
tutup karena anjloknya permintaan. Belanja konsumen juga terus terpuruk.
Pemulihan
ekonomi AS dan negara maju lain diperkirakan belum akan terjadi dalam
waktu dekat. Kendati Fed (diikuti bank-bank sentral negara lain)
kemarin kembali menurunkan suku bunga antarbank ke titik terendah sejak
krisis dot.com tahun 2003 (1 persen), perbankan masih enggan
menyalurkan kredit ke sektor riil dan masyarakat.
Ekonomi AS saat
ini, menurut ekonom terkemuka Joseph Stiglitz, dihadapkan pada krisis
likuiditas, krisis solvensi, dan problem makroekonomi sekaligus.
Kemerosotan ekonomi sekarang ini ibaratnya baru fase pertama penurunan
ekonomi secara tajam (downward spiral) yang harus dilalui AS dalam
proses penyesuaian yang tak terelakkan sampai harga rumah kembali ke
level ekuilibrium dan utang eksesif yang menopang ekonomi AS selama ini
teratasi.
Rekapitalisasi perbankan yang akan ditempuh pemerintah
sekarang ini juga baru satu tahap dari lima tahap yang harus ditempuh
untuk keluar dari krisis finansial. Langkah lainnya, meredam gelombang
kebangkrutan dan penyitaan rumah. Selain itu, kebijakan stimulus untuk
menggerakkan ekonomi termasuk dengan meningkatkan tunjangan
pengangguran serta investasi di infrastruktur dan teknologi.
Langkah
lainnya adalah memulihkan kepercayaan pasar melalui perbaikan regulasi
pasar finansial serta membentuk badan multilateral yang efektif untuk
mengawasi jalannya sistem finansial global.
Sejauh ini, langkah
stimulus yang ditempuh pemerintah baru menyangkut sektor industri.
Pemerintahan Bush mengungkapkan, kemungkinan memperluas jangkauan bail
out ke sektor asuransi, dengan nilai total dana talangan lebih dari 2
triliun dollar AS. Namun, tak sekali pun mereka menyebut kemungkinan
dikeluarkannya paket penyelamatan bagi jutaan warga yang terancam
kehilangan pekerjaan, rumah, dan tabungan. Artinya, masih banyak yang
harus dilakukan sebelum ekonomi AS benar-benar pulih.
Bagi
perekonomian global dan negara berkembang, ini tentu kabar buruk
sekaligus pesan untuk menjaga stamina menghadapi kemungkinan resesi
berkepanjangan. Sebelumnya, IMF memprediksikan akan terjadi perlambatan
ekonomi global beberapa triwulan ke depan. Pemulihan ekonomi baru akan
terjadi tahun 2010 dengan pertumbuhan ekonomi global menciut dari 5
persen (2007) menjadi 3,9 persen tahun 2008 dan 3 persen tahun 2009. Di
AS sendiri, ekonomi diperkirakan hanya tumbuh 0,1 persen tahun 2009.
TAT
Sumber : Kompas Cetak